
Tentu kita akan sangat bersukacita ketika mendapatkan apa yang selama ini kita rindukan. Ketika itu terjadi, pastilah akan bersuka cita sehingga membawa dampak yang positif dalam hidupnya.
Demikian juga dengan yang Matius alami ketika Tuhan Yesus datang menemuinya. Matius adalah seorang pemungut cukai yang identik dengan pemeras karena menetapkan bea pajak atas dasar suka-suka dan dianggap antek asing karena bekerja untuk pemerintah Romawi yang adalah penjajah Israel. Sehingga para pemungut cukai dianggap sebagai orang berdosa yang pantas dijauhi oleh masyarakat. Sekalipun hartanya banyak, apalah gunanya jika tak ada satu pun masyarakat yang sudi berteman dengan dirinya, padahal pertemanan & pergaulan sosial adalah kebutuhan utama setiap manusia.
Matius 9:9-10 (TB), “Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.
Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius, datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya.“
Tuhan Yesus mampu melihat kebutuhan utama dari setiap orang yang dilayani-Nya. Demikian juga dengan Matius yang kebutuhan utamanya adalah untuk diterima sebagai kawan, maka Yesus menjawab kebutuhan sosialnya itu dengan menjadikan Matius sebagai kawan.
Apa yang Tuhan Yesus lakukan kepada Matius membuat hatinya tersentuh sehingga Kabar Baik dapat diberitakan. Yaitu bahwa ada satu kebutuhan paling utamadalam setiap diri manusia, yaitu kebutuhan akan hidup kekal, yang hanya didapatkan di dalam Yesus. Matius pun percaya dan kemudian mengikuti Dia.
Kita perlu memandang orang-orang di sekeliling kita seperti Yesus memandang, yang mampu melihat kebutuhan utama dari setiap mereka dan kemudian memenuhi kebutuhan itu. Bisa jadi kebutuhan itu adalah untuk menjadikan mereka sahabat, memberikan rasa aman berupa pengayoman, nasihat, dorongan semangat, dll. Ketika kebutuhan-kebutuhan itu telah kita penuhi, maka terbuka pintu untuk memberitakan tentang kebutuhan yang paling utama, yaitu kebutuhan akan kehidupan kekal.
Ev. Susanto (Gembala GIIK Poipet)