‘Ku Punya Visi

(Persekutuan Doa GIIK, 8 Agustus 2024)

Masing-masing kita pastilah memiliki setidaknya satu saja impian. Entah itu terkait dengan kerjaan, rumah tangga, masa depan, dan yang lainnya. Impian itulah yang kemudian mendorong kita berjuang untuk bisa mencapai apa yang kita impikan itu. Salah satu rekan kami impiannya cuman satu, segera menikah, menjadi ibu rumah tangga dan punya anak-anak. Udah. Ketika itu sudah tercapai yaudah, gak ada sesuatu lagi yang perlu diperjuangkan lagi. Hidupnya merasa sudah lengkap dan tidak ada lagi yang dirasa perlu untuk dikejar.

Dulu saya punya impian bahwa sebelum menikah harus sudah punya rumah sendiri, sehingga gimana caranya impian saya itu bisa terwujud. Kalau saya tidak ada impian itu, maka saya bisa menjadi “liar“, dalam artian sebebas-bebasnyamempergunakan uang saya untuk apa yang saya mau. Uang-uang saya, siapa yang bisa larang saya mau pakai buat apa? Tetapi kesadaran bahwa saya ada impian untuk memiliki rumah sebelum menikah itulah yang kemudian menjadi semacam rambu-rambu pengingat, yang membatasi ruang gerak saya dalam memakai uang, karena harus ada uang yang disisihkan untuk cicilan KPR agar impian saya bisa tercapai.

Demikian juga kebenaran firman Tuhan mengingatkan bahwa kita harus memiliki sebuah visi atau impian agar hidup kita tidak semau gue.
Amsal 29:18, “Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlahrakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum,”
Kata wahyuatau chazondi sini bisa berarti vision atau visi, mimpi/penglihatan ataupun juga tuntunan Allah. Tanpa visi atau apa yang Allah mau dari hidup kita, maka kita akan menjalani hidup secara serampangan. Kita tidak tahu tujuan hidup kita, kita tidak tahu maunya Allah atas hidup kita sehingga kita bertindak suka-suka hati.

Ketika Yusuf menerima visi yang dari Allah yaitu lewat mimpinya di dalam Kej. 37: 5-10, bagaimana ia akan menjadi raja atas seluruh keluarganya, visi dari Allah memang ia tangkap sehingga ia dengan percaya diri menceritakan kepada saudara dan orang tuanya. Tetapi sayangnya ia hanya memahami setengah saja dari visi Allah atas hidupnya itu. Belasan tahun kemudian barulah dengan clear ia memahami visi Allah atas hidupnya.

Kej.45:5 Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.
Kej. 45:7 Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong.
Inilah sebenarnya visi Allah atas hidup Yusuf. Menjadikan Yusuf raja untuk memerintah atas saudara-saudaranya bahkan bukanlah visi utama Allah atas hidupnya, melainkan melalui kepemimpinannya itulah ia bisa menjadi berkat dengan menolong kehidupan seluruh kaum bangsanya.

Di dalam Kej. 42:9 Yusuf teringat kembali mimpinya mengenai saudara-saudaranya. Di sinilah ia baru dengan jelas menangkap visi yang dari Allah atas hidupnya. Kalau tidak ada visi yang dari Allah, Yusuf bisa bertindak semau dia. Bisa saja semua saudaranya dibinasakan semua, atau setidaknya dijual sebagai budak atau dipenjara seumur hidup mereka sebagai balas dendam. Tetapi ketika Yusuf memahami visi Tuhan yang sebenarnya, maka ia bisa mengampuni kejahatan saudara-saudaranya dan bahkan komitmen untuk menjamin kehidupan mereka semua.

Kita semua pastilah punya visi, kehendak atau rancangan Allah bagi setiap kita. Mari kita cari tahu dengan lebih tajam lagi sebenarnya apa visi Tuhan bagi setiap kita. Sehingga kita menjalani hidup kita dengan satu tujuan, satu guidance yang jelas, yaitu berjalan sesuai visi Tuhan bagi hidup kita. Salah satu cara mengetahui kehendak Tuhan adalah melalui doa-doa. Mintalah kepada Tuhan agar Dia menyatakan visinya sekali lagi sehingga kita bisa dengan lebih jelas mendengar dan menanggapi visi-Nya bagi masing-masing kita.

Oleh: Ev. Susanto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *